tugas IDK 4, tentang Ilmu

BAB II
PEMBAHASAN


Skenario I
Seorang mahasiswa PSIK akan melakukan penelitian, akan tetapi sebelumnya ia harus memahami ilmu, pengetahuan, dan teori yang sesuai dg bidang kajiannya. oleh karena itu, ia harus memahami apa sebenarnya hakekat ilmu pengetahuan, teori dan penelitian itu sendiri. untuk mengumpulkan ilmu pengetahuan dapat dilakukan melalui proses pendekatan ilmiah, berfikir deduktif, induktif dan reflektif serta memahami proses penyelesaian masalah.

A. Definisi Ilmu
Ilmu adalah sesuatu yang didapat melalui proses.
Ilmu merupakan sesuatu yang bisa diuji kebenarannya dan sesuatu yang dapat dipelajari.
Secara umum ilmu adalah suatu pengetahuan tentang bidang tertentu yang disusun secara sistematis dengan metode tertentu, menerangkan suatu gejala atau fenomena dan dapat menerapkan gejala tersebut.
Ilmu berkembang menjadi dua cabang utama, yaitu : filsafat alam yang kemudian menjadi natural sciences dan filsafat moral yang kemudian berkembang menjadi ilmu sosial. Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia berusaha berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya.
Contoh: Ilmu Alam hanya bisa menjadi pasti setelah lapangannya dibatasi ke dalam hal yang bahani (materil saja) atau ilmu psikologi hanya bisa meramalkan perilaku manusia jika membatasi lingkup pandangannya ke dalam segi umum dari perilaku manusia yang kongkrit. Berkenaan dengan contoh ini, ilmu-ilmu alam menjawab pertanyaan tentang berapa jauhnya matahari dari bumi, atau ilmu psikologi menjawab apakah seorang pemudi sesuai untuk menjadi perawat.
Berbeda dengan pengetahuan, ilmu merupakan pengetahuan khusus dimana seseorang mengetahui apa penyebab sesuatu dan mengapa. Ada persyaratan ilmiah sesuatu dapat disebut sebagai ilmu. Sifat ilmiah sebagai persyaratan ilmu banyak terpengaruh paradigma ilmu-ilmu alam yang telah ada lebih dahulu.
• Objektif. Ilmu harus memiliki objek kajian yang terdiri dari satu golongan masalah yang sama sifat hakikatnya, tampak dari luar maupun bentuknya dari dalam. Objeknya dapat bersifat ada, atau mungkin ada karena masih harus diuji keberadaannya. Dalam mengkaji objek, yang dicari adalah kebenaran, yakni persesuaian antara tahu dengan objek, dan karenanya disebut kebenaran objektif; bukan subjektif berdasarkan subjek peneliti atau subjek penunjang penelitian.
• Metodis. Adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi kemungkinan terjadinya penyimpangan dalam mencari kebenaran. Konsekuensi dari upaya ini adalah harus terdapat cara tertentu untuk menjamin kepastian kebenaran. Metodis berasal dari kata Yunani “Metodos” yang berarti: cara, jalan. Secara umum metodis berarti metode tertentu yang digunakan dan umumnya merujuk pada metode ilmiah.
• Sistematis. Dalam perjalanannya mencoba mengetahui dan menjelaskan suatu objek, ilmu harus terurai dan terumuskan dalam hubungan yang teratur dan logis sehingga membentuk suatu sistem yang berarti secara utuh, menyeluruh, terpadu , mampu menjelaskan rangkaian sebab akibat menyangkut objeknya. Pengetahuan yang tersusun secara sistematis dalam rangkaian sebab akibat merupakan syarat ilmu yang ketiga.
• Universal. Kebenaran yang hendak dicapai adalah kebenaran universal yang bersifat umum (tidak bersifat tertentu). Contoh: semua segitiga bersudut 180ยบ. Karenanya universal merupakan syarat ilmu yang keempat. Belakangan ilmu-ilmu sosial menyadari kadar ke-umum-an (universal) yang dikandungnya berbeda dengan ilmu-ilmu alam mengingat objeknya adalah tindakan manusia. Karena itu untuk mencapai tingkat universalitas dalam ilmu-ilmu sosial, harus tersedia konteks dan tertentu pula.
Menurut Ernest van den Haag (Harsojo, 1977), mengemukakan ciri-ciri ilmu, yaitu :
o Bersifat rasional, karena hasil dari proses berpikir dengan menggunakan akal (rasio).
o Bersifat empiris, karena ilmu diperoleh dari dan sekitar pengalaman oleh panca indera.
o Bersifat umum, hasil ilmu dapat dipergunakan oleh manusia tanpa terkecuali.
o Bersifat akumulatif, hasil ilmu dapat dipergunakan untuk dijadikan objek penelitian selanjutnya.

B. Definisi Pengetahuan
Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau disadari oleh seseorang. Dalam pengertian lain, pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan akal. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya. Misalnya ketika seseorang mencicipi masakan yang baru dikenalnya, ia akan mendapatkan pengetahuan tentang bentuk, rasa, dan aroma masakan tersebut.
Pengetahuan yang lebih menekankan pengamatan dan pengalaman indrawi dikenal sebagai pengetahuan empiris atau pengetahuan aposteriori. Pengetahuan ini bisa didapatkan dengan melakukan pengamatan dan observasi yang dilakukan secara empiris dan rasional. Pengetahuan empiris tersebut juga dapat berkembang menjadi pengetahuan deskriptif bila seseorang dapat melukiskan dan menggambarkan segala cirri, sifat, dan gejala yang ada pada objek empiris tersebut. Pengetahuan empiris juga bisa didapatkan melalui pengalaman pribadi manusia yang terjadi berulangkali. Misalnya, seseorang yang sering dipilih untuk memimpin organisasi dengan sendirinya akan mendapatkan pengetahuan tentang manajemen organisasi.
Pengetahuan tentang keadaan sehat dan sakit adalah pengalaman seseorang tentang keadaan sehat dan sakitnya seseorang yang menyebabkan seseorang tersebut bertindak untuk mengatasi masalah sakitnya dan bertindak untuk mempertahankan kesehatannya atau bahkan meningkatkan status kesehatannya.
Pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya:
a. Pendidikan
Pendidikan adalah sebuah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok dan juga usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, maka jelas dapat kita kerucutkan sebuah visi pendidikan yaitu mencerdaskan manusia.
b. Media
Media yang secara khusus didesain untuk mencapai masyarakat yang sangat luas. Jadi contoh dari media massa ini adalah televisi, radio, koran, dan majalah.
c. Keterpaparan Informasi
Informasi adalah sesuatu yang dapat diketahui. Namun ada pula yang menekankan informasi sebagai transfer pengetahuan.

C. Ilmu Pengetahuan
Obyek ilmu pengetahuan ialah dunia fenomenal, dan metode pendekatannya berdasarkan pengalaman (experience) dengan menggunakan berbagai cara seperti observasi, eksperimen, survey, studi kasus, dan sebagainya. Pengalaman-pengalaman itu diolah oleh fikiran atas dasar hukum logika yang tertib. Data yang dikumpulkan diolah dengan cara analitis, induktif, kemudian ditentukan relasi antara data-data.




Ilmu pengetahuan berkembang secara terus menerus, sebagai akibat rasa keingintahuan manusia terhadap sesuatu hal dan hasrat untuk meningkatkan harkat hidup sehingga kehidupan menjadi ringan dan nyaman. Ilmu pengetahuan telah dimulai jauh sebelum sejarah manusia dicatat. Kebanyakan ilmu pengetahuan yang ada sekarang bersumber dari kitab-kitab suci, dan terus mengalami perkembangan hingga saat ini, seperti anatomi, fisiologi, ilmu keperawatan, dan lain-lain.
Ilmu pengetahuan dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu:
1. Usaha manusia memperbaiki hidupnya dengan menaklukan fenomena alam.
2. Hasrat manusia untuk ingin mengerti dan menerangkan segala sesuatu di sekelilingnya.
Ilmu merupakan pengetahuan yang diperoleh dari metode ilmiah. Kegiatan metode ilmiah mempunyai beberapa asumsi dasar yang kebenarannya kita terima tanpa memerlukan pembuktian (postulat). Postulat yang mendasari metode ilmiah adalah bahwa benda di bumi mempunyai perbedaan dan kesamaan sehingga muncul perbandingan (komparatif) dan konsep pengukuran, benda dan kejadian empiris dalam waktu tertentu (relatif) selalu berubah, serta setiap perubahan terjadi akibat adanya sebab tertentu. Ketiga hal ini selalu mendasari dalam mendapatkan ilmu pengetahuan.

D. Hakekat Ilmu Pengetahuan
Suriasumantri (1984) mengatakan bahwa ilmu merupakan kumpulan pengetahuan yang mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakan ilmu dengan pengetahuan-pengetahuan lainnya. Ilmu merupakan pengetahuan yang didapat melalui proses tertentu yang dinamakan metode keilmuan yaitu gabungan antara berpikir secara rasional dan empiris.
Sedangkan Adisusilo (1983) yang menyatakan bahwa Ilmu pengetahuan atau science adalah suatu proses untuk menemukan kebenaran pengetahuan. Karena itu, ilmu pengetahuan harus mempunyai sifat ilmiah, yaitu pengetahuan yang diperoleh secara metodis, sistematis, dan logis.
Metodis maksudnya adalah bahwa pengetahuan itu diperoleh dengan cara kerja yang terperinci, baik yang bersifat induktif maupun deduktif, sesuai dengan tahapan-tahapan metode ilmu, misalnya dimulai dengan observasi, perumusan masalah, mengumpulkan dan mengklasifikasi fakta, membuat generalisasi, merumuskan hipotesis, dan membuat verifikasi.
E. Teori
Teori adalah serangkaian bagian atau variabel, definisi, dan dalil yang saling berhubungan, yang menghadirkan sebuah pandangan sistematis mengenai fenomena dengan menentukan hubungan antar variabel, dengan maksud menjelaskan fenomena alamiah. Secara umum, teori merupakan analisis hubungan antara fakta yang satu dengan fakta yang lain pada sekumpulan fakta-fakta . Pernyataan teori umumnya hanya diterima secara "sementara" dan bukan merupakan pernyataan akhir yang konklusif.
Hal ini mengindikasikan bahwa teori berasal dari penarikan kesimpulan yang memiliki potensi kesalahan, berbeda dengan penarikan kesimpulan pada pembuktian matematika. teori dalam ilmu pengetahuan berarti model atau kerangka pikiran yang menjelaskan fenomena alami atau fenomena sosial tertentu. Teori dirumuskan, dikembangkan, dan dievaluasi menurut metode ilmiah. Sering kali, teori dipandang sebagai suatu model atas kenyataan (misalnya : apabila kucing mengeong berarti minta makan). Sebuah teori membentuk generalisasi atas banyak observasi dan terdiri atas kumpulan ide yang koheren dan saling berkaitan. Istilah teoritis dapat digunakan untuk menjelaskan sesuatu yang diramalkan oleh suatu teori namun belum pernah terobservasi. Sebagai contoh, sampai dengan akhir-akhir ini, lubang hitam dikategorikan sebagai teoritis.
Tiga syarat utama teori ilmiah :
 Harus konsisten dengan teori sebelumnya
 Harus cocok dengan fakta-fakta empiris
 Dapat mengganti teori lama yang tidak cocok dengan pengujian empiris dan fakta
F. Cara Memperoleh ilmu Pengetahuan
Cara memperoleh ilmu pengetahuan ada 2 cara, yaitu :
1. Pendekatan non ilmiah
Ada beberapa pendekatan non-ilmiah ini yang banyak digunakan, yaitu:
 Akal sehat
Akal sehat dan ilmu adalah dua hal yang berbeda sekalipun dalam batas tertentu keduanya mengandung persamaan. Menurut Conant (1973) akal sehat adalah serangkaian konsep dan bagian konseptual yang memuaskan untuk penggunaan praktis bagi kemanusiaan.
 Prasangka
Pencapaian pengetahuan secara akal sehat diwarnai oleh kepentingan orang yang melakukannya. Hal yang demikian itu, menyebabkan akal sehat mudah beralih menjadi prasangka. Orang sering cenderung melihat hubungan antar dua hal sebagai hubungan sebab-akibat yang langsung dan sederhana, padahal sesungguhnya gejala yang diamanati itu merupakan akibat dari berbagai hal. Dengan akal sehat orang cenderung ke arah pembuatan generalisasi yang terlalu luas yang merupakan prasangka.
 Intuisi
Dalam pendekatan intuitif orang menentukan "pendapat" mengenai sesuatu berdasar atas "pengetahuan" yang langsung atau didapat dengan cepat melalui proses yang tak disadari atau yang tidak dipikirkan lebih dahulu.
 Penemuan coba-coba atau Kebetulan
Penemuan coba-coba (trial and Error) diperoleh tanpa kepastian akan diperolehnya sesuatu kondisi tertentu atau pemecahan sesuatu masalah. Usaha coba-coba pada umumnya merupakan serangkaian percobaan tanpa kesadaran akan pemecahan tertentu.



 Pendapat otoritas ilmiah dan pikiran kritis
Otoritas ilmiah adalah orang-orang biasanya telah menempuh pendidikan formal tertinggi dalam sesuatu bidang cukup banyak. Pendapat mereka sering diterima orang tanpa diuji, karena dipandang benar. Namun pendapat otoritas ilmiah itu tidak selamanya benar. Ada kalanya atau bahkan sering, pendapat mereka itu ternyata tidak benar, karena pendapat tersebut tidak didasarkan pada penelitian, melainkan hanya didasarkan atas pemikiran logis.

2. Pendekatan ilmiah
Pengetahuan diperoleh melalui penelitian almiah dan dibangun atas teori tertentu. Dengan pendekatan ilmiah itu orang berusaha untuk memperoleh kebenaran ilmiah yaitu pengetahuan benar yang kebenarannya terbuka untuk diuji oleh siapa saja yang menghendaki untuk mengujinya.

G. Metode Penalaran
Ada 3 jenis metode dalam penalaran, yaitu :
1. Berpikir Deduktif
Berpikir deduktif adalah berpikir dengan cara membuat kesimpulan dari pernyataan-pernyataan umum ke pernyataan-pernyataan khusus. Aristoteles (384-322 SM) mengembangkan cara berpikir deduksi ini ke dalam suatu cara yang disebut “silogisme”. Silogisme sebagai bentuk berpikir deduksi yang teratur terdiri dari tiga pernyataan atau proporsi, yaitu : Pernyataan pertama disebut premis mayor, yang berisi pernyataan bersifat umum. Pernyataan kedua yang sifatnya lebih khusus daripada pernyataan yang pertama disebut premis minor. Sedangkan pernyataan ketiga yang merupakan kesimpulannya, disebut konklusi atau konsekuen.


Contoh :
Semua anak yang status gizinya baik, cerdas (Premis Mayor)
Ruli status gizinya baik (Premis Minor)
Jadi, Ruli adalah anak yang cerdas (Konklusi).

2. Berpikir Induktif
Berpikir induksi adalah berpikir dengan cara menarik kesimpulan yang dimulai dai pernyataan2 khusus ke pernyataan yang bersifat umum. Hal ini berarti dalam berpikir induksi pembuatan kesimpulan tersebut berdasarkan pengalaman-pengalaman yang di tangkap oleh indra kemudian disimpulkan ke dalam suatu konsep yang memungkinkan seseorang untuk memahami suatu gejala. Karena proses berpikir induksi itu beranjak dari hasi pengamatan indra atau hal-hal yang nyata maka dapa dikatakan bahwa induksi beranjak dari hal-hal yang kongrit kepada hal-hal yang abstrak.

3. Berpikir Relektif
Pengetahuan yang diperoleh dengan cara memahami pengalaman kita sehari-hari. Profesi keperawatan modern diwajibkan menjalankan praktik berpikir reflektif. Kanada telah memanfaakan berpikir reflektif sebagai komponen yang wajib dan essensial di dalam prektik dan registrasi keperawatan. Perawat masa depan dituntut dapat menyajikan bukti yang berkaitan dengan filosofi pribadi, sasaran, dan tujuan khusus serta memperlihakan pengetahuan dan keterampilan.
Kemampuan berfikir reflektif terdiri atas lima komponen yaitu:
- Recognize or felt difficulty/problem, merasakan dan mengidentifikasikan masalah
- Location and definition of the problem, membatasi dan merumuskan masalah
- Suggestion of possible Solution, mengajukan beberapa kemungkinan alternatif solusi pemecahan masalah
- Rational elaboration of an idea, mengembangkan ide untuk memecahkan masalah dengan cara mengumpulkan data yang dibutuhkan
- Test and formation of conclusion, melakukan tes untuk menguji solusi pemecahan masalah dan menggunakannya sebagai bahan pertimbangan membuat kesimpulan.

0 komentar:

Posting Komentar