pengkajian perkembangan dan nutrisi

Konsep 11
Pengkajian Perkembangan Dan Pertumbuhan
A.      Denver II
DDST (Denver Developmental Screening Test) adalah salah satu dari metode skrining terhadap kelainan perkembangan anak, tes ini bukanlah tes diagnostik atau tes IQ. Frankenburg dkk (1981) mengemukakan 4 parameter perkembangan yang dipakai dalam menilai perkembangan anak balita yaitu: Personal Sosial (kepribadian/ tingkah laku sosial) yaitu aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya; Gerakan Motorik Halus yaitu aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubh tertentu saja dan dilakukan otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat. Misalnya kemampuan untuk menggambar, memegang sesuatu benda; Bahasa adalah kemampuan untuk memberikan respon terhadap suara, mengikuti perintah dan berbicara spontan; Perkembangan Motorik Kasar (Gross Motor) adalah aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh (Soetjiningsih, 1998).
1.   Aspek Perkembangan yang dinilai
Terdiri dari 125 tugas perkembangan. Tugas yang diperiksa setiap kali skrining  hanya berkisar 25-30 tugas. Ada 4 sektor perkembangan yang dinilai:
a)      Personal Social (perilaku sosial)
b)      Fine Motor Adaptive (gerakan motorik halus)
c)      Language (bahasa)
d)     Gross motor (gerakan motorik kasar)
2. Alat yang digunakan
a.  Alat peraga: benang wol merah, kismis/ manik-manik, Peralatan makan,  peralatan gosok gigi, kartu/ permainan ular tangga, pakaian, buku gambar/ kertas, pensil, kubus warna merah-kuning-hijau-biru, kertas warna (tergantung usia kronologis anak saat diperiksa).
b. Lembar formulir DDST II
c. Buku petunjuk sebagai referensi yang menjelaskan cara-cara melakukan tes dan cara penilaiannya.
3. Prosedur DDST terdiri dari 2 tahap, yaitu:
a) Tahap pertama: secara periodik dilakukan pada semua anak yang berusia 3 – 5 tahun
b) Tahap kedua: dilakukan pada mereka yang dicurigai adanya hambatan perkembangan pada tahap pertama. Kemudian dilanjutkan dengan evaluasi diagnostik yang lengkap.
4.   Penilaian
Jika Lulus (Passed = P), gagal (Fail = F), ataukah anak tidak mendapat kesempatan melakukan tugas (No Opportunity = NO).
5. Cara pemeriksaan DDST
a.   Tetapkan umur kronologis anak, tanyakan tanggal lahir anak yang akan diperiksa.    Gunakan patokan 30 hari untuk satu bulan dan 12 bulan untuk satu tahun.
b.   Jika dalam perhitungan umur kurang dari 15 hari dibulatkan ke bawah, jika sama dengan atau lebih dari 15 hari dibulatkan ke atas.
c.  Tarik garis berdasarkan umur kronologis yang memotong garis horisontal tugas perkembangan pada formulir DDST.
d.  Setelah itu dihitung pada masing-masing sektor, berapa yang P dan berapa yang F.
     Berdasarkan pedoman, hasil tes diklasifikasikan dalam: Normal, Abnormal, Meragukan dan tidak dapat dites.
1) Abnormal
a)  Bila didapatkan 2 atau lebih keterlambatan, pada 2 sektor atau lebih
b)  Bila dalam 1 sektor atau lebih didapatkan 2 atau lebih keterlambatan Plus 1 sektor atau lebih dengan 1 keterlambatan dan pada sektor yang sama tersebut tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan garis vertikal usia .
2) Meragukan
a) Bila pada 1 sektor didapatkan 2 keterlambatan atau lebih
b) Bila pada 1 sektor atau lebih didapatkan 1 keterlambatan dan pada sektor yang sama tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan garis vertikal usia.
3) Tidak dapat dites
Apabila terjadi penolakan yang menyebabkan hasil tes menjadi abnormal atau meragukan.
4)   Normal
 Semua yang tidak tercantum dalam kriteria di atas.
Pada anak-anak yang lahir prematur, usia disesuaikan hanya sampai anak usia 2 tahun:Penilaian sesuai dari buku petunjuk terdapat penjelasan tentang bagaimana melakukan penilaian, apakah lulus (Passed = P), gagal (Fail = F) ataukah anak tidak mendapat kesempatan melakukan tugas (No Opportunity = N.O). Kemudian ditarik garis berdasarkan umur kronologis yang memotong garis horizontal tugas perkembangan pada formulir DDST.
Setelah itu dihitung pada masing-masing sektor, berapa yang F, selanjutnya berdasarkan pedoman, hasil tes diklasifikasikan dalam:
a. Abnormal, bila didapatkan 2 atau lebih keterlambatan pada 2 sektor atau lebih, bila dalam 1 sektor atau lebih didapatkan 2 atau lebih keterlambatan plus 1 sektor atau lebih dengan keterlambatan dan pada sektor yang sama tersebut tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan garis vertikal usia.
b. Meragukan (Questionable), bila pada 1 sektor didapatkan 2 keterlambatan atau lebih, bila pada 1 sektor atau lebih didapatkan 1 keterlambatan dan pada sector yang sama tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan garis vertikal usia.
c. Tidak dapat dites (Untestable)
pengkajian ballard score , dubowits score rsi sistem dubowits . pada proses penggunaan neurologis tidak tergantung pada keadaan
B.       Pengkajian Ballard Score
Skor Ballard merupakan suatu versi sistem Dubowitz. Pada prosedur ini penggunaan kriteria neurologis tidka tergantung pada keadaan bayi yang tenang dan beristirahat sehingga dapat dianlakan beberapa jam pertama kehidupan. Penilaian menurut ballard adalah dengan menggabungkan hasil penilaian maturitas neuromuskuler dan maturitas fisik. kriteria pemeriksaan maturitas neuromuskuler diberi skor, demikian pula kriteria pemeriksaan fisik maturitas fisik. Jumlah skor  pemeriksaan maturitas neuromuskuler  dan maturitas fisik digabungkan, kemudian dnegan menggunakan tabel nilai kematangan di cari masa gestasi


 Setelah didapat kan jumlah skor dari pemeriksaan neuromukuler dan maturasi fisik, maka kedua skor itu dijumlahkan. Hasil penjumlahan tersebut di cocokkan dengan tabel  nilai kematangan , sehingga didapatkan usia kehamilan dalam minggu, kemudian dengan menggunakan grafik dicari titik perpotongan antara umur kehamilan yang kita dpatkan dengan berat badan lahir bayi , sehingga didapatkan interpretasi apakah bayi tersebut besar masa kehamilan , susuai masa  kehamilan atau kecil masa kehamilan.


Cara menilai aktivitas neuromuskuler :
Posture : dinilai bila bayi dalam posisi terlentang
Squere window : tangan bayi difleksikan diantara ibu jari dan telunjuk pemeriksa lalu diukur sudut antara hyphotenar emirence dengan forearm
Arm recoil : lakukan fleksi lengan bawah selma 5 detik kemudain lengan tersebut di ekstensikan dan dilepas nilaia lah derajat kemabalinya ke posisi fleksi.
Poplitela angle : bayi tidur terlentang, paha dipegang sedemikian rupa sehingga terdpat posisi lutut datar steelh itu dilakukan ekstensi tungkai bawah, ukurlah sudut dibawah lutut tersebut.
Scarf sign : posisi terlentang , peganglah salah satu lengan bayi dan usahakan tangan tersebut mencapai leher posterior dari bahu sisi lainnya , angkat dan geserlah siku bayi diatas dadanya dan lihat sampai dimana siku tersebut digeser, makin muda bayi makin mudah menggeser sikunya melewati garis tengah kesisi lain.
Heal to hear : posisi terlentang , gerakkan bayi ketelinga dar sisi yang sama , perhatikan jarak yang tidak mencapai telinga dan ekstensi lutut.
A.        Pengkajain Status Nutrisi
1.         NCHS
National Center for Health Statistik untuk anak laki-laki dan perempuan. Parameter pertumbuhan fisik meliputi berat badan, tinggi badan, ketebalan lipatan kulit dan lingkar lengan , dan lingkar kepala. Nilai untuk parameter pertumbuhan ini telah digambarkan dalam grafik persentil dan pengukuran anak dalam persentil dibandingkan dengan populasi secara umum.
Pengukuran status gizi dengan NCHS
Kriteria keberhasilan nutrisi ditentukan oleh status gizi :
1) Gizi baik, jika BB menurut umur > 80% standart WHO – NHCS.
2) Gizi kurang, jika berat badan menurut umur 61% sampai 80% standart WHO – NHCS.
3) Gizi buruk, jika berat badan menurut umur ≤ 60% standart WHO – NHCS.( Supariasa, 2002)
2. KMS (Kartu Menuju Sehat)
KMS (Kartu Menuju Sehat) untuk balita adalah alat yang sederhana dan murah, yang dapat digunakan untuk memantau kesehatan dan pertumbuhan anak. Oleh karenanya KMS harus disimpan oleh ibu balita di rumah, dan harus selalu dibawa setiap kali mengunjungi posyandu atau fasilitas pelayanan kesehatan, termasuk bidan dan dokter.
KMS berisi catatan penting tentang pertumbuhan, perkembangan anak, imunisasi, penanggulangan diare, pemberian kapsul vitamin A, kondisi kesehatan anak, pemberian ASI eksklusif dan Makanan Pendamping ASI, pemberian makanan anak dan rujukan ke Puskesmas/ Rumah Sakit. KMS juga berisi pesan-pesan penyuluhan kesehatan dan gizi bagi orang tua balita tenta ng kesehatan anaknya (Depkes RI, 2000).
Manfaat KMS adalah :
a) Sebagai media untuk mencatat dan memantau riwayat kesehatan balita secara lengkap,
b) Sebagai media edukasi bagi orang tua balita tentang kesehatan anak
c) Sebagai sarana komunikasi yang dapat digunakan oleh petugas untuk menentukan penyuluhan dan tindakan pelayanan kesehatan dan gizi. (Depkes RI, 2000)
Cara Memantau Pertumbuhan Balita
Pertumbuhan balita dapat diketahui apabila setiap bulan ditimbang, hasil penimbangan dicatat di KMS, dan antara titik berat badan KMS dari hasil penimbangan bulan lalu dan hasil penimbangan bulan ini dihubungkan dengan sebuah garis. Rangkaian garis-garis pertumbuhan anak tersebut membentuk grafik pertumbuhan anak. Pada balita yang sehat, berat badannya akan selalu naik, mengikuti pita pertumbuhan sesuai dengan umurnya (Depkes RI, 2000).
a) Balita naik berat badannya bila :
(1) Garis pertumbuhannya naik mengikuti salah satu pita warna, atau
(2) Garis pertumbuhannya naik dan pindah ke pita warna diatasnya.


b) Balita tidak naik berat badannya bila :
Garis pertumbuhannya turun, atau Garis pertumbuhannya mendatar, atau Garis pertumbuhannya naik, tetapi pindah ke pita warna dibawahnya.

Gambar 2.2. Indikator KMS bila balita tidak naik berat badannya
c) Berat badan balita dibawah garis merah artinya pertumbuhan balita mengalami gangguan pertumbuhan dan perlu perhatian khusus, sehingga harus langsung dirujuk ke Puskesmas 
Gambar 2.3. Indikator KMS bila berat badan balita dibawah garis merah
d) Berat badan balita tiga bulan berturut-turut tidak nail (3T), artinya balita mengalami gangguan pertumbuhan, sehingga harus langsung dirujuk ke Puskesmas/ Rumah Sakit.


e) Balita tumbuh baik bila: Garis berat badan anak naik setiap bulannya.
f) Balita sehat, jika : Berat badannya selalu naik mengikuti salah satu pita warna atau pindah ke pita warna diatasnya.


DEFINISI MTBS
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) atau Integrated Management of Childhood Illness (IMCI) adalah suatu pendekatan yang terintegrasi/terpadu dalam tatalaksana balita sakit dengan fokus kepada kesehatan anak usia 0-59 bulan (balita) secara menyeluruh.
Strategi MTBS memliliki 3 komponen khas yang menguntungkan, yaitu:
1. Komponen I: Meningkatkan ketrampilan petugas kesehatan dalam tatalaksana kasus balita sakit (selain dokter, petugas kesehatan non-dokter dapat pula memeriksa dan menangani pasien asalkan sudah dilatih).
2. Komponen II: Memperbaiki sistem kesehatan (utamanya di tingkat kabupaten/kota).
3. Komponen III: Memperbaiki praktek keluarga dan masyarakat dalam perawatan di rumah dan upaya pencarian pertolongan kasus balita sakit (meningkatkan pemberdayaan keluarga dan masyarakat), yang dikenal sebagai 'MTBS berbasis Masyarakat.'
MTBS SANGAT COCOK DITERAPKAN DI PUSKESMAS
Menurut laporan Bank Dunia (1993), MTBS merupakan jenis intervensi yang cost effective yang memberikan dampak terbesar pada beban penyakit secara global. Bila Puskesmas menerapkan MTBS berarti turut membantu dalam upaya pemerataan pelayanan kesehatan dan membuka akses bagi seluruh lapisan masyarakat untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang terpadu. Oleh karena itu, bila anda membawa anak balita berobat ke Puskesmas, tanyakanlah apakah tersedia pelayanan MTBS disana.
MTBS SEBAGAI SUATU SISTEM
MTBS dalam kegiatan di lapangan khususnya di Puskesmas merupakan suatu system yang mem permudah pelayanan serta meningkatkan mutu pelayanan.
1. Input
Balita sakit datang bersama kelaurga diberikan status pengobatan dan formulir MTBS Tempat dan petugas : Loket, petugas kartu
2. Proses
• Balita sakit dibawakan kartu status dan formulir MTBS.
• Memeriksa berat dan suhu badan.
• Apabila batuk selalu mengitung napas, melihat tarikan dinding dada dan mendengar stridor.
• Apabila diare selalu memeriksa kesadaran balita, mata cekung, memberi minum anak untuk melihat apakah tidak bias minum atau malas dan mencubit kulit perut untuk memeriksa turgor.
• Selalu memerisa status gizi, status imunisasi dan pemberian kapsul Vitamin A
Tempat dan petugas : Ruangan MTBS, case manager
3.Output
Klasifikasi yang dikonversikan menjadi diagnosa, tindakan berupa pemberian terapi dan konseling berupa nasehat pemberian makan, nasehat kunjungan ulang, nasehat kapan harus kembali segera. Konseling lain misalnya kesehatn lingkungan, imunisasi, Konseling cara perawatan di rumah. Rujukan diperlukan jika keadaan balita sakit membutuhkan rujukan Tempat dan petugas : Ruangan MTBS, case manager.
PENATALAKSANA BALITA SAKIT DENGAN PENDEKATAN MTBS
Seorang balita sakit dapat ditangani dengan pendekatan MTBS oleh Petugas kesehatan yang telah dilatih. Petugas memakai tool yang disebut Algoritma MTBS untuk melakukan penilaian/pemeriksaan dengan cara: menanyakan kepada orang tua/wali, apa saja keluhan-keluhan/masalah anak kemudian memeriksa dengan cara 'lihat dan dengar' atau 'lihat dan raba'. Setelah itu petugas akan mengklasifikasikan semua gejala berdasarkan hasil tanya-jawab dan pemeriksaan. Berdasarkan hasil klasifikasi, petugas akan menentukan jenis tindakan/pengobatan, misalnya anak dengan klasifikasi Pneumonia Berat atau Penyakit Sangat Berat akan dirujuk ke dokter Puskesmas, anak yang imunisasinya belum lengkap akan dilengkapi, anak dengan masalah gizi akan dirujuk ke ruang konsultasi gizi, dst.
Gambaran tentang begitu sistematis dan terintegrasinya pendekatan MTBS dapat dilihat pada item di bawah ini
• Apakah anak bisa minum/menyusu?
• Apakah anak selalu memuntahkan semuanya?
• Apakah anak menderita kejang?
Kemudian petugas akan melihat/memeriksa apakah anak tampak letargis/tidak sadar?
Setelah itu petugas kesehatan akan menanyakan keluhan utama lain:
• Apakah anak menderita batuk atau sukar bernafas?
• Apakah anak menderita diare?
• Apakah anak demam?
• Apakah anak mempunyai masalah telinga?
• Memeriksa status gizi
• Memeriksa anemia
• Memeriksa status imunisasi
• Memeriksa pemberian vitamin A
• Menilai masalah/keluhan-keluhan lain
Berdasarkan hasil penilaian hal-hal tersebut di atas, petugas akan mengklasifikasi keluhan/penyakit anak, setelah itu melakukan langkah-langkah tindakan/pengobatan yang telah ditetapkan dalam penilaian/klasifikasi. Tindakan yang dilakukan antara lain:
• Mengajari ibu cara pemberian obat oral di rumah
• Mengajari ibu cara mengobati infeksi lokal di rumah
• Menjelaskan kepada ibu tentang aturan-aturan perawatan anak sakit di rumah, misal aturan penanganan diare di rumah
• Memberikan konseling bagi ibu, misal: anjuran pemberian makanan selama anak sakit maupun dalam keadaan sehat
• Menasihati ibu kapan harus kembali kepada petugas kesehatan
• dan lain-lain
Selain itu di dalam MTBS terdapat penilaian dan klasifikasi bagi Bayi Muda berusia kurang dari 2 bulan, yang disebut juga Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM). Penilaian dan klasifikasi bayi muda di dalam MTBM terdiri dari:
• Menilai dan mengklasifikasikan untuk kemungkinan penyakit sangat berat atau infeksi bakteri
• Menilai dan mengklasifikasikan diare
• Memeriksa dan mengklasifikasikan ikterus
• Memeriksa dan mengklasifikasikan kemungkinan berat badan rendah dan atau masalah pemberian Air Susu Ibu (ASI). Yang menarik disini, diuraikan secara terperinci cara mengajari ibu tentang cara meningkatkan produksi ASI, cara menyusui yang baik, mengatasi masalah pemberian ASI secara sistematis dan terperinci, cara merawat tali pusat, menjelaskan kepada ibu tentang jadwal imunisasi pada bayi kurang dari 2 bulan, menasihati ibu cara memberikan cairan tambahan pada waktu bayinya sakit, kapan harus kunjungna ulang, dll.
• Memeriksa status penyuntikan vitamin K1 dan imunisasi.
• Memeriksa masalah dan keluhan lain.

0 komentar:

Posting Komentar